Wednesday 10 May 2017

Buah Busuk dan Setetes Air.


Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu..
jurang antara kebodohan dan
keinginanku untuk memilikimu
sekali lagi....

Tepuk tangan dulu sambil berdiri untuk saya, yang barusan saja copy paste puisi nya Rangga di AADC2.

Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog yang mengubah jaman ini. Sayup-sayup dari belakang itu  terdengar kalian menjerit-jerit pada kangen sama saya. Aaaaw.........saya tidak. Tidak sama sekali.Titik.

Okay, kita sudahi sesi seriusnya.

Saya mau bertanya (bukan kepada Bapak Presiden sih), apa pendapat kalian tentang bangsa ini? Bangsa yang dilahirkan dengan air mata, keringat, dan darah. Bangsa yang hebat karena bisa mempersatukan dari ujung timur sampai ujung barat berisi 17 ribuan pulau, suku, ras, dan yang paling hebat menyatukannya menjadi 1 bahasa (bukan 1 agama).  Bangsa besar yang begitu lama merindukan kemerdekaan dan akhirnya mendapatkannya.

Saya pribadi merasa malu, tidak ada yang salah dari perjuangan founding fathers kita. Ideologi Pancasila yang dalam hati saya menangis kagum kalau direnungkan dan membayangkan saat itu mereka bisa terpikir sedahsyat itu. Tapi saya melihat pemegang tongkat estafet setelahnya yang nampaknya terlalu enak ber-orgasme harta dan tahta puluhan tahun hingga lupa akan hal-hal fundamental untuk bekal generasi penerusnya, sehingga terlahirlah buah besar yang busuk ini.

Setelah merenung malam-malam di teras rumah sambil dongak menatap bulan ditemani kopi papua dalam gelas bertuliskan "Enjat & Rumiyem Wedding, 9 Oktober 2003"  akhirnya saya mendapatkan 2 akar permasalahan dari buah besar busuk ini.

Pertama adalah pendidikan.
Terlalu lama point penting ini tidak dianggap penting oleh rezim yang orgasme melulu itu. Bayangkan jika 30-40 tahun kebelakang pendidikan diprioritaskan, pastilah melahirkan generasi baru yang berkualitas. Coba ya dari hal paling mudah ditemui, setiap pagi saya cuma antar anak sekolah dan istri ke kantor dengan waktu menyetir kurang lebih 20 menit saja cukup untuk bikin tensi darah saya 400. Mulai dari yang alergi helm, alergi lampu merah, lawan arah, boncengan bertiga tanpa helm mulut mangap, yang berhenti angkut penumpang di tengah jalan, dan banyak lainnya. Mereka hanya produk, hanya buah busuk dari petani yang salah metode tanam. Kesalahan terbesar menurut saya tetap saja para pemimpin terdahulu yang orgasme melulu itu. Seharusnya semakin berpendidikan, semakin dapat memahami cara hidup berdampingan dengan manusia lain. Otak yang hampa pengetahuan akan bertindak seperti reptil, tidak mengenal batasan-batasan, beraksi berdasarkan hanya naluri. Pendidikan mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan (Tan Malaka). Pendidikan yang lembek menghasilkan kebodohan dan kemalasan. Kebodohan dan kemalasan lah duet maut penyumbang masalah di negeri ini.

Akibat kebodohan, bangsa ini mudah dipecah belah. Akibat kebodohan, banyak yang terjangkit virus galau ideologi bangsa. Dari kecil bukannya baca buku, malah makan micin, pas dewasa yang lihai adalah mulutnya. Orang bodoh berisik mulut, orang pandai berisik karya.

Akibat kemalasan, bangsa ini diperkosa penguasanya sendiri. Akibat kemalasan, pemerkosa bangsa ini enggan bekerja dengan proses untuk mendapatkan uang. Lahirlah cara instan, korupsi. Dari coba-coba timbul perasaan enak, 1-2x enak tentu ketagihan, perkosa terus - orgasme lagi, perkosa terus - orgasme lagi, dan menyemburlah uang dari mulutnya, dari matanya, dari telinganya, dari lubang pantatnya yang sudah mekar itu karena uang mengalir deras, hari ini berak uang, besok harus berak uang, ada yang melapor berakin pakai uang lalu si pelapor bungkam karena diam-diam dia sudah kena enaknya berak uang.

Kedua adalah hukum.
Setali tiga uang dengan pendidikan, hukum yang lembek melahirkan generasi yang tempe bongkrek. Semua perilaku reptil kita ini akibat hukum yang impoten. Hukum kita jangan diagung-agungkan.Pejabat, petinggi, pemimpin berkoar-koar tidak akan intervensi hukum. 1 kata buat mereka: B E R A K.

Jika melihat kebelakang, masa-masa setelah kemerdekaan memang segala sesuatunya masih sangat labil, ekonomi porak poranda, butuh waktu untuk menemukan kestabilan sebuah negara dan itu bukan tugas mudah. Setelah mulai stabil, merasakan nikmatnya kebebasan merdeka yang kebablasan ditambah rezim penguasa (yang orgasme mulu itu) memberi contoh dan didikan bahwa hukum bisa dibejek-bejek sesuka hati selama puluhan tahun, lahirlah generasi monyet gurun. Hukum itu buat saya ibarat pecut kuda. Dia berguna saat kita sudah mulai berjalan tidak lurus, pecut, dan kita kembali on track.

Darah "apa saja boleh" sudah menyatu di dalam pembuluh darah kita dan menyebar sampai ke semua organ tubuh. Bangun rumah diatas bantaran sungai, boleh. Ada tanah kosong pinggir jalan mau bangun tempat neduh, lama-lama jadi gubuk kecil, lama-lama jadi rumah 2 lantai, boleh. Ada acara rame-rame sampai nutup jalan, boleh. Ini bukan persoalan kemanusiaan, ini masalah pelanggaran hukum kok ya dibela. Kalau digusur demi kepentingan umum (mengurangi banjir dll) kok ya ribut? Tipe yang meributkan ini pasti kalau jadi petinju, hobi nya ninju titit lawan dan protes saat lawan memukul dengan uppercut ke dagunya. Hobinya melanggar aturan pertandingan. Ini baru level yang dangkal, bayangkan efeknya jika "apa saja boleh" ini sudah menyangkut kepentingan yang lebih besar. Ya sekarang kita sedang merasakan salah satu produknya, timbulnya ormas-ormas berkedok surgawi berperilaku neraka, premanisme menguasai pos-pos penting penghasil uang.

Lalu, bagaimana bangsa ini bisa menjadi lebih baik?
Jangka panjang pendidikan harus dibenahi. Bukan cuma soal isi nya, tapi juga perangkatnya, pendukungnya, kesejahteraan guru-gurunya. Ini memakan waktu, tapi hasilnya bisa dijamin. Saya belum menemukan negara yang sangat maju, tapi sistem pendidikannya purba. Sambil dibenahi, generasi buah busuk ini harus habis dulu tergerus jaman. Mungkin 50 tahun lagi (jika tegas) bangsa ini bisa punya generasi berbibit unggul yang berani bersaing dengan negara adikuasa sekalipun.

Jangka pendek hukum harus berjalan tegas. Bacalah cerita Singapura, mereka tidak sekonyong-konyong lahir sudah teratur dan tertib, lewat gaya tangan besi pemimpinnyalah akhirnya mereka bisa menjadi bangsa yang maju di semua bidang serta berbudaya luar biasa. Itu baru Singapura, jangan bicara Jepang. Saya yakin orang Jepang itu alien, karena sangat berbeda peradabannya.

Saya cuma berimajinasi saja, kita sedang menunggangi kuda. Pendidikan sebagai makanannya, hukum sebagai pecutnya. Jika dua-duanya bagus, masa iya kuda kita berjalan zig-zag mangap sambil berak dimana-mana?

Sebagai orang Indonesia, saya tidak mau melecehkan pendiri bangsa ini. Letih itu pasti, tapi kehilangan harapan sama saja saya ikut memperkosa perjuangan luhur pendiri Indonesia. Saya simpan setetes harapan di hati saya, yang saya ibaratkan seperti air. Air yang menandakan awal kehidupan, air yang tidak ngotot ketika bertabrakan dengan batu di sungai tapi dengan lentur melewatinya, air yang setetes demi setetes dapat melubangi batu yang kokoh, air yang segera mengisi ruang-ruang kosongnya. Jika menunggu generasi buah busuk ini habis, mungkin kita juga sudah habis. Tapi karena kita hidup sudah terlanjur hidup, hanya diam dan menunggu mati nampaknya terlalu picisan. Apa maknanya umur yang diberikan jika kita tidak meninggalkan karya dan teladan bagi manusia lain? Konsep bahwa hidup ini harus mengejar kebahagiaan sudah konsep usang, semakin kita mencari kebahagiaan, semakin jauh pula kebahagiaan itu. Tetapi dampak yang kita berikan melalui karyalah yang akan terus mengalirkan air-air harapan yang sejuk mengalir dari gunung sampai ke laut lepas, memberikan kesejukan dan kesuburan bagi alam disekitarnya dan menghasilkan buah-buah baru yang ranum.

Tunggu apalagi?
AYO  BERGERAK.



Putra Petir








Thursday 16 October 2014

Hidup ini Hanya Untuk Yang Muda

Ya, hidup ini hanya cocok untuk kaum muda. Muda di dalam otak saya ya diantara umur 20-40 tahunan.Pikiran ini sudah lama bermukim di dalam kepala saya. Darimana pikiran ini muncul ? Begini ceritanya;

Sedari SMU saya terkadang punya rasa ketakutan akan menjadi tua renta. Sewaktu malam menjelang hari ulang tahun ke-20, saya lumayan gelisah karena sadar sebentar lagi akan berumur kepala 2. Hal ini terulang tapi dalam kadar yang lebih berat sewaktu malam menjelang hari ulang tahun saya ke-30, kalau dulu saya cuma gelisah-gelisah setengah serius, kali ini gelisah cenderung murung. Mata memandang ke arah jam dinding, jam 23:47, sebentar lagi umur 30, bola mata sedikit maju, lubang hidung megap-megap, keringat sebesar biji jagung susul-susulan merambat turun dari jidat ke rahang, ujung tangan dan kaki menjadi agak dingin. Jam 24:00 pun lewat, ya perasaaan saya biasa sih setelah itu, mau bagaimana waktu tidak bisa kita lawan.

Mengapa saya takut menjadi tua renta? Karena saya berpikir bahwa mempunyai fisik renta namun jiwa kita masih menjalar-jalar bagai api yang dicampur angin itu sangat menyiksa, mungkin rasanya seperti dipenjara seumur hidup tapi hakim tidak menemukan apa salah kita. Kalian tidak usah berpikir saya berlebihan dulu, tahan itu mulut sudah lancip mau mengumpat di depan blog saya? Tahan dulu sebentar bung, saya punya analisanya. Sabar.

Saya sering mengamati dunia yang kejam ini dan segala isinya. Pengamatan mengenai topik ini saya dapatkan dari kegiatan sehari-hari. Ambil contoh paling mudah, kendaraan umum. Kalian pernah lihat bagaimana sulitnya kaum renta naik ke angkot/kereta/busway dll? Di tengah gempuran kaum muda dari segala penjuru untuk duluan masuk ke kendaraan umum, kalian pernah perhatikan ekspresi wajah kaum renta saat itu? Menderita kawan, menderita. Melihat kaum renta mendekat perlahan ke pintu kereta/busway, memegang bagian pintu dengan genggaman yang sudah tidak kuat lagi, terdorong dari belakang, bahkan ketika sudah masuk pun harus bertahan menghadapi guncangan busway yang terkadang melewati jalan berlubang tanpa pakai rem, bertahan melawan rem mendadak supir busway yang kadang baru menginjak pedal rem pas H-2 detik.

Contoh lain, coba kalian angkat pantat malas kalian yang seharian hanya duduk di depan komputer entah sungguhan kerja atau cuma meratapi hidup, berjalanlah keluar dari ruangan kerja ningrat ber-AC kalian, duduk diam di pinggir jalan / trotoar. Amatilah ketika ada kaum renta ingin menyeberang jalan raya. Kebetulan didepan kantor saya jalan raya nya sangat lebar, dan di median jalan dipasang pagar oleh pemda setempat sehingga memaksa manusia menyeberang melewati Jembatan Penyeberangan. Ini hal bagus dan benar, tapi tekadang sewaktu melihat kaum renta ingin menyeberang, rasa takut menjadi tua saya menjadi-jadi (hmm..menjadi-menjadi-jadi, bahasa indonesia yang brilian!). Saat ni kaum renta mempunyai 2 pilihan : menyeberang jalan raya dan melompati pagar pembatas dengan resiko tertabrak kendaraan yang melintas, atau bersusah payah berjalan kaki dan menaiki anak tangga jembatan penyeberangan jalan. Dua-dua pilihannya toh sama menyiksanya bagi mereka. Saya saja yang masih kategori muda dan trengginas (what the?) ini ngos-ngosan kalau naik jembatan penyeberangan. Apalagi mereka yang renta? Menyiksa seharusnya, kan begitu? Ribuan contoh lain mengenai hal ini.

Otak saya berfantasi mencari solusi untuk masalah hidup yang kejam bagi yang renta ini. Andai saja saya bisa memisahkan kaum renta dan kaum muda di bumi ini, mungkin tidak ya akan lebih membahagiakan kaum renta? Bayangkan kalau bumi ini kita ciptakan lagi bersebelahan dengan bumi ini (bumi diciptakan lagi sebelahan dengan bumi ini...hmm...bumi...sebelahan...bumi....hmm.. *mimisan membaca blog yang sarat tenaga dalam ini). Bumi baru untuk kaum renta dengan design arsitektur dan segala nya khusus untuk kaum renta. Arsitektur perkotaan yang semua serba ringan dan memudahkan mereka, sistem hidup yang berjalan lebih lambat, AHA! bukankah ini ide brilian kawan? Sehingga kaum muda hidup dengan sesamanya, silahkan berebutan sikut-sikutan naik busway, silahkan menyeberang jalan dengan kecepatan lari bagai cheetah kelaparan. Di sisi lain, kaum tua silahkan menyeberang jalan dengan kecepatan bagai playback video super slo-mo. Dua-dua bumi ini seharusnya lebih bahagia bukan?

Ayo silakan berdiri di depan laptop/hp kalian dan beri saya tepuk tangan yang agak lama sebagai bentuk apresiasi atas pemikiran saya yang melampaui jaman menembus sejarah ini.

Selesai.

Dari bumi kaum renta terdengar sayup-sayup: "Houuhhoo...o houuhhoooo..."



Tuesday 26 August 2014

Dunia penuh permainan

*BLAARRRRR*
"TAMPAARR AKU MAS!! TAMPHAARRR!!"

(Ambar jejeritan sampe leher berurat, Priambodo cuma menatap tajam ngos-ngosan kumisnya kedut-kedut, Bagas dan Ayu mengintip di balik tembok sambil nangis sesengukan melihat orang tua mereka ribut)

Pembaca pasti sudah pasti hapal ya itu sepenggal adegan yang sangat melegenda dari sinetron Noktah Merah Perkawinan (pembaca kelahiran 90an mangap-mangap insang kembang-kempis tidak mengerti, rasain.) Apa benang merah nya dengan judul artikel ke 8 ini "Dunia Penuh Permainan" ?
Oh sudah barang tentu, tidak ada.

*Kang Ebiet G.Ade sekonyong-konyong nongol dari tanah: "Houu...hoo"
BELOM WAKTU NYA BEGO! *INJEK*
*Kang Ebiet masuk lagi kedalam tanah*

Dari kecil hingga sekarang, saya suka menciptakan permainan-permainan sendiri dari apa yang saya temui sehari-hari. Contohnya yang paling sering saya mainkan sendiri waktu kecil itu kalau ketemu lantai keramik, saya akan berjalan longkap. Misal, langkah pertama keramik no.1, langkah ke 2 harus keramik no.3 tanpa boleh menyentuh garis. Terlalu "Harvard" untuk kalian pahami? Nih lihat ilustrasinya saja ya;

permainan brilian


Saya menamai permainan ini "Longkap Ubin", biasa saya mainkan kalau ketemu taman dengan jalur batu, lantai apapun yang berpola berulang. Dalam hati saya mengitung "satu...dua...tiga...dst". Sampai sekarang pun saya masih beberapa kali memainkan ini kalau saya lagi jalan sendiri.

Permainan lainnya adalah "Balapan Fantasi". Jadi dimainkan ketika saya menyetir sendiri, biasanya di jalan tol karena lebih memungkinkan untuk "balapan". Balapan disini bukan harus kebut-kebutan kesetanan mulut mangap, tapi lebih ke cerdik-cerdikan cari celah kiri-kanan sampai ke "garis finish" duluan dengan mobil lain yang kita pilih sendiri. Biasanya saya pilih dulu lawan saya yang agak jauh didepan, Saya tentukan target lawan misal si Mobil A, kemudian saya tentukan garis finishnya. Dalam rentang jarak tersebut saya harus bisa melewati lawan, memang menjadi kebiasaan saya kalau nyetir selalu saya simpan di otak ganteng saya di jalan ini jalur yang paling cepat itu kiri, di jalur itu yang paling cepat tengah lalu ke kanan, dan seterusnya terlebih di jalan yang rutin saya lalui. Rasa bahagianya kalau berhasil melewati lawan itu persis seperti kalau H-1 Ebtanas asyik maen ding-dong tapi besok contekan datang bertubi-tubi sementara itu si juara 1 yang sok tidak mau nyontek mukanya ditekuk stress. PUAS.  Belum terbayang seperti apa "Balapan Fantasi" ini? Ini ilustrasinya;

courtesy of jakartadailyphoto.com
Nah contoh terakhir yang saya akan ceritakan adalah....
Ya? Kenapa?
Mau tutup blog ini?
Ooo.......berani....
*Masukin karung - pentungin*

Oke pembaca yang masih bersama saya, dilanjut ya. Dari sekian banyak permainan, saya akan memberi contoh terakhir. Nama permainannya adalah "Sayalah Dalang Dunia". Patut dicatat bahwa semua permainan ini saya mainkan ketika saya sedang sendiri ya, karena bisa konsentrasi.  "Sayalah Dalang Dunia" ini adalah permainan yang saya rasa hampir semua orang sebenarnya pernah memainkannya dalam kehidupan sehari-hari. Intinya hanya permainan mengandai-andai kejadian yang kalian sedang lihat / rasakan.

Contohnya kalau saya sedang ke gereja sendirian (dulu sebelum nikah selalu sendiri ke gereja), saya hampir setiap minggu berfantasi "Bagaimana ya rasanya dan efeknya kalau di gereja ini saya tiba-tiba melayang ke atas jemaat, bersayap dan bersinar?" Lalu saya sebagai dalang fantasi mulai mengatur  ekspresi wajah para jemaat dan pendeta sesuai kemauan saya. Contoh lain ketika saya sedang di keramaian, didepan saya ada sekerumun orang yang bertemu temannya - haha-hehe-haha-hehe tapi tidak sadar mereka menutup jalan sehingga orang-orang dibelakangnya jadi terhambat jalannya. Saya sebagai dalang fantasi mulai memainkan masing-masing tokoh. si A lagi haha-hehe dengan si B tiba-tiba si A saya buat memukul si B tepat di biji mata. Si B kesakitan sambil terheran-heran, si A seakan tidak kuasa menahan gerakan tangannya dan terus memukul. 1001 skenario saya ciptakan untuk memainkan tokoh-tokoh tersebut. Setelah selesai adegannya biasanya saya tersenyum dalam hati melihat mereka. Lucu.

Nah itu beberapa contoh permainan yang saya temukan didalam dunia kehidupan sehari-hari. Menurut saya tak terhingga jumlah permainan yang dapat kalian ciptakan, untuk saya sih untuk hiburan pribadi saja dan lumayan membunuh waktu kalau sedang dalam keadaan menuggu, atau dalam perjalanan jauh. Dunia ini penuh permainan, tinggal bagaimana kita mau melihatnya dari sisi mana, kan begitu?Hal simpel , rutin dan kecil bisa menjadi hal yang menyenangkan kok.

Apa permainan kalian?

Kang..lanjut!

Kang?

Kang Ebiet?

Kaaaaaangggggg!!!!


*echo: aaangg......angg....ang.....



Selesai.

Monday 18 August 2014

Negeri Kaki Malas

*PLAAARRR PLAAARRRR* *TESSSSS CRAAKKKCRAAKK*
"Ampunn Raja....ampuni hambaa.....betis hamba sudah terkoyak,jaringan otot hamba sudah berantakan dan dirubung laler Raja.....huhu..hu..ampun.."


Nah pembaca, begitulah keadaan penghukuman untuk si kaki malas jika saya menjadi Raja di negeri ini. Negeri kaki malas menjadi judul artikel saya yang ke-6 ini. Mengapa negeri kaki malas?

"Begini neng ceritanya....."  *srigala mengau "aaauuu....uuuuuu.."*

Tulisan ini didasari oleh kekesalan saya melihat budaya orang  Indonesia masa kini yang semakin lama semakin membuat tensi darah bermain-main di angka 500 per 460. Berawal dari mata...indahnya senyuman...mengapa harus resah..*TAMPARIN HEDDY YUNUS* .Berawal dari kegiatan sehari-hari saya, dari  sejak sekolah - kuliah sampai sekarang saya tipe orang yang paling tidak suka membuat macet. Kalau saya mau sampai ke sekolah, saya memilih untuk turun dari jauh atau turun jauh melewati sekolah, bukan karena kendaraan saya Helikopter Apache yang uwer-uwer bikin warga sekitar sekolah terbang-terbangan kena angin baling-baling (hattrick pengulangan dalam 1 kalimat! yes!). Tapi lebih karena saya paling benci kemacetan, dan sebaliknya paling tidak pernah mau bikin keadaan macet. Maka saya memilih jalan kaki agak jauh biar mobil saya tidak membuat macet.

Saya juga paling benci kalau di tempat oleh-oleh suatu daerah, mobil bergelimpangan di depan pintu masuk toko. Menurunkan penumpang kadang-kadang dengan gerakan slow-mo atlet Olimpiade ala video clip One Moment in Time nya Whitney Houston.

buat anak-anak kelahiran 90an, nih biar paham.menit 4:14 lagi klimax-klimaxnya. (courtesy of youtube.com)


Biasanya saya kasih toleransi 30 detik, lewat 30 detik langsung dong klakson berkumandang dari mobil saya bagai suara sangkakala mengobarkan semangat perang.

Sebulan ini kadang saya mengantar anak saya (Titisan Petir) ke sekolah barunya. Setiap mengantar minum obat penenang, karena sangat macet. Sebagian besar menurunkan penumpang tepat di depan pintu sekolah, mungkin kalau mobilnya bisa masuk kelas anaknya akan dijabanin. Mudah sekali kok solusinya, cukup mobil pengantar parkir agak jauh sebelum/ setelah lokasi sekolah, turunkan anak nya, didik dia jalan kaki ke sekolah. Tidak mungkin pingsan dehidrasi, paling juga 30 meteran jalan kaki. Pernah suatu hari lagi hujan, saya menjemput anak saya dari sekolah minggu. Saat itu macet luar biasa didepan sekolah minggu karena hujan dan sedikit tergenang. Saya memilih parkir 1 blok sebelum sekolah minggu, dan berjalan kaki menjemput anak saya mungkin sekitar 400meteran jaraknya pulang-pergi dari mobil ke sekolah minggu.

Dulu waktu saya kuliah di satu kampus swasta di Karawaci, kebetulan teman 1 kost saya salah satu arsitek perencanaannya Lippo Karawaci. Dia bilang konsep baru kampus ini akan mendidik mahasiswa/i untuk berjalan kaki, karena lokasi parkir dan gedung kampus lumayan jauh. Ini merupakan usaha Lippo Group untuk mengembangkan budaya jalan kaki. Menurut saya itu ide yang sangat brilian. Ide dan realisasi nya ini yang menurut saya harus di tularkan ke mana-mana.

Dua bulan terakhir, setiap Jumat saya membiasakan diri saya jalan kaki untuk sekedar makan siang. Awalnya saya jalan kaki sekitar 200m dari kantor, lama-lama saya jalan kaki pulang-pergi 2 Km untuk makan siang. Makan di tempat yang dulunya saya naik mobil, sekarang saya jalan kaki.Perkara pas makan jadi lebih brutal dan barbar ya itu lain urusan, tapi minimal saya tidak membuat macet di depan tempat makan, tidak polusi (kecuali kadang suka kentut berseri gitu macam sinetron)

Ayolah kalian pembaca berwajah naif tapi picik. Mulailah berbudaya yang lebih baik, memikirkan orang lain dan menyehatkan lho! Yang terpenting sebarkan topik ini ke teman , saudara, orang tua anda, sebarkan sampai ke pelosok-pelosok gunung,lembah,sungai,hutan , sampaikan kabar ini, hancurkan patung-patung penyembahan mereka, gulingkan patung lembu emas mereka, rampas harta benda berhala mereka, robek simbol-simbol tuhan mereka! *kebablasan*

Dan satu lagi yang terpenting pembaca, waktu dan tempat saya persilahkan kepada Kang Ebiet G.Ade....silahkan kang!


*Ebiet G. Ade fade in: "houuuu hooo.... ho houuhhoooo....."

Friday 8 August 2014

Belitung, negeri nirmala.

*sambitin botol beling sirup Tjampolay*

Sudah puas libur lebarannya? Sudah habis THR kalian?

Yesss halo kalian warga bumi yang berwajah datar dan bermulut sinis! Ya, ini artikel saya ke-7, tapi yang ke-6 belum saya buat dan belum saya publish dan belum kepikir juga (ya? kenapa? kurang suka?WEK!). Sebenarnya saya sedang malas menulis, tapi karena mendapat mandat dan kepercayaan dari hampir tidak ada rakyat Indonesia, ya saya jalankan amanat itu.

Ini cerita tentang trip saya dan para sepupu istri saya ke Belitung pada tahun 2012. Sebenarnya saya sudah lupa semua detail nya, lah kenapa juga saya harus tulis detailnya, bukan begitu? Ini merupakan trip pertama saya dengan sepupu istri, sebetulnya pilihan destinasi nya waktu itu Rumania, Bhutan, Greenland, Everest, Galapagos, Palau, atau Guam. Seperti dugaan kita akhirnya pilihan jatuh ke Belitung tanpa debat dan keberatan sama sekali. Hasil googling kita, Belitung ini sangat indah. Itu juga yang menjadi judul artikel ini, saya memakai kata "nirmala" yang kira-kira artinya adalah sesuatu yang sangat indah, sempurna, tanpa nila setitikpun dan sangat diharapkan oleh manusia. Dan ternyata memang menurut saya sih sangat indah.

Berawal dari first flight (yes,tidak mandi lah) kita yang sedikit bermasalah karena tiket kita tidak terdaftar di penerbangan itu, beruntung salah satu sepupu kita Ekeni memang spesialis urusan "gebrak-meja". Jadi Ekeni sedikit "gebrak-meja" counter dan pacarnya ,Dede yang tanpa bicara namun aura nya sudah membunuh lolos lah kita jadi berangkat juga pagi itu. Saya, Putri Petir dan Naid (sepupu yang lainnya) urusan cengengesan saja. Lepas dari ruang counter kita jalan masuk ke gate slow motion berjajar ke samping dong biar dunia tahu siapa yang menang. (macam adegan astronot-astronot film Armageddon pas masuk hanggar).

Sampai di Belitung, kita langsung menuju Mie Atep. Ya ya ya, kalian yang pernah ke Belitung pasti ini destinasi pertama selepas Bandara Belitung (lupa namanya). Tapi waktu saya kunjungan ke-2 kali nya ke Belitung, Mie Atep sedang tutup jadi saya makan di tempat serupa berjarak 10 meteran dari Mie Atep.Menurut saya sih biasa aja rasanya, 7/10 lah nilainya tapi lumayan unik untuk orang Jakarta.

Oke singkat saja ya berhubung  saya lupa semua nama-nama destinasi nya, lupa biaya transport nya, lupa berapa lama perjalanannya dan sebagainya, saya potong kompas langsung cerita saya sudah mendarat di kembali di Jakarta.




*mendarat di Bandara Soekarno-Hatta*





Selesai........



*Ebiet G.Ade siap-siap ambil suara*


Ooh iya ini sedikit foto-foto dari perjalanan ke Belitung saya yang pertama(2012) dan ke-2 (2013)


trip belitung ke-2, pulang hari, 2013. tiba-tiba ada yang gandulin tongsis.

chrisye fade in: nikmat alam semesta..nusa indah nirmala...

kontur pantai sempurna, pasir sempurna, air sempurna, lah cocok kan disebut nirmala?


batu-batu berbentuk unik, katanya dari letusan gunung toba

putri petir & sepupunya duduk ala opening theme nya F4

lupa nama pantainya.

mau kesini? ini namanya pantai apa saya lupa.

ini juga lupa

naah yang banyak ikan kecil ini, nama pantainya juga saya lupa.

di area bekas tambang, lupa namanya.

salah satu pulau waktu island hopping, lupa nama pulaunya.

ketemu serangga berwajah firaun.

polkadot edisi belitung.


ini biasa lah foto dari mercusuar, berapa lantainya saya lupa
nah ini pulau burung






Biet, lanjutkan!

*Fade in Ebiet G.Ade: " houuhoo...ho houuhoooo ooo...

Wednesday 23 July 2014

Green Canyon kali ini beda.

Halo warga bumi yang bahagia kalau mengikuti trend, yang senang kalau pilihannya sama dengan yang lain! Kalau yang sedang duduk diatas jendela menikmati rembulan, ayo nikmati tulisan saya kali ini tentang Green Canyon (Cukang Taneuh) - Pangandaran, Jawa Barat.

Green Canyon ini merupakan objek wisata yang terletak di sisi Selatan dari Jawa Barat. Cara kesana bisa ditempuh dengan...........aaah! macam travel blog lain saja ini blah! Kalian bisa lah googling sendiri cara kesana, ini bukan tempat markas Airwolf yang hampir mustahil ditemukan.( pembaca kelahiran 1990an mangap tidak paham.)


Oke lanjut, sebenarnya saya sudah 2x ke Green Canyon ini di tahun 2010 dan 2013. Kali ini akan traveling dengan istri dan sepupu-sepupunya. Setelah sekitar setahun di tiap arisan keluarga membahas "Kita mau taveling kemana??" diputuskanlah ke Green Canyon, Pangandaran. Saya pun sudah tidak bisa mundur, hasil quick count dan real count voting memenangkan Green Canyon, ya jelas pilihan saya saat itu "The Go Must Show On!" dong. (kenapa? mau revisi peribahasa saya? berani? WEK!)


Memang agak istimewa trip kali ini, mengingat istri saya Putri Petir belum pernah mau ikut dengan saya kalau trip yang berhubungan dengan alam dan ke-nelangsa-an. Berhubung sepupunya ikut, Putri Petir pun menggelegar geledek (ini blog apa sebenarnya ya.). Kita berangkat Jumat malam, jam 9:03pm dari Jakarta Selatan, sedikit macet di  Nagreg karena banyak truk berjalan pelan.  Sampai Tasikmalaya kita mengambil rute alternatif hasil mesin GPS. Bukannya lewat jalur umum, malah lewat jalur sepi, jalanan sangat rusak, dan molor 1.5 jam dr jadwal. Tapi apa serunya traveling kalau semua terduga, bukan begitu?


Tiba di Green Canyon tepat jam 7:00am Sabtu, masuk parkirannya sambil kebut, ternyata krik-krik-krik.....belum ada siapa-siapa, cuma mobil kita sendiri gagah tanpa teman.Kita celingak-celinguk tidak ada satu warung pun yang buka. Kebut cari Indomart/Alfamart, makan Popmie. Tepat jam 8:00am kita balik ke Green Canyon dan menemui Kang Jarot (kebetulan terakhir saya ke sini juga Kang Jarot yang menjadi pemandunya).


Bagi yang sudah pernah ke Green Canyon mungkin pernah dengar kesohoran Kang Jarot. Di blog lain sih banyak yang memuji Kang Jarot, mulai dari memuji ototnya yang mirip superhero, sampai wajahnya yang kata mereka ganteng. Semua benar sih haha..entah kenapa kalau liat Kang Jarot selalu muncul lagu Baywatch di kuping..(fade in: some people stand..in the darkness..afraid to step intoo...the light)


Jadi ada 2 paket untuk menikmati Green Canyon ini;

1. Paket Hore (ini bahasa saya sendiri)
Deskripsi: 1.5 jam berenang melawan arus sungai, sepanjang 300 meteran, dan ada sedikit rock-climbing dan tempat loncat lumayan tinggi bernama Batu Payung (sekitar 7 meter diatas air sungai)

2. Paket Near Death Experience (ini juga bahasa saya sendiri).

Deskripsi: 4 jam body rafting, sepanjang 3 Kilometer. Tidak ada lawan arus, tapi berenang searah arus deras, bisa lihat goa, 2 tempat loncat (4 meter dan 8 meter), dan banyak sekali rock-climbing dari yang level "cemen" sampai ke level "mendekatkan diri kepada Tuhan".

Dua pengalaman saya sebelumnya saya ambil Paket Hore, kali ini kita ambil Paket NDE. Sebenarnya kita menjuluki Paket ini Paket Near Death Experience setelah menjalani nya, sebelum nya kita gembira saja melihat foto-foto album teman Kang Jarot karena terlihat rutenya santai dan membahagiakan.


Setelah deal, kita langsung digelandang ke pickup. naik pickup selama 30 menit, turun bukit 10 menit, langsung menemui sungai. Ooh iya paket NDE ini kita termasuk sewa perlengkapan tubuh, helm, dekker kaki, sepatu karet dan pelampung.  Melihat sungai berarus tenang mulailah kita body rafting, awalnya bahagia kita berenang menikmati air yang sejuk. Lama kelamaan tantangan semakin meningkat, mulai banyak rock-climbing dari yang gampang sampai yang hampir mustahil bagi kita. bagian tersulit dan paling seram adalah rock-climbing, karena arus dibawah sangat deras tidak mungkin berenang di sungai kecuali kalau berniat cobain mantul-mantul di bebatuan. Kita panjat dinding-dinding tebing, sepengukuran saya mungkin tebing tertinggi yang kita panjat sekitar 13-15 meteran dari air sungai. Melewati celah sempit, lompat, kaki dan badan memar, nempel di batu, melipir, keram kaki, pose-pose ajaib telah kita jalani, itu semua sangat setimpal dengan pemandangan yang akan kalian lihat.


Sungai ini berada diantara dua tebing yang sangat eksotis, tetesan air dari tebing diatas turun begitu indahnya bagai tirai surgawi, bias air membentuk pelangi, bahkan di batu tempat saya kencing berdiri (karena kebelet) ada 2 pelangi susun yang sangat indah menjadikan itu momen kencing terbaik saya sejak lahir. Batu-batu yang berbentuk unik karena aliran air berabad-abad, akar-akar pohon yang menjuntai ke bawah membuatnya pemandangan Green Canyon ini salah satu pemandangan terbaik yang pernah saya lihat. Istri saya Putri Petir pun begitu kagumnya dengan apa yang dia lihat, baru pernah saya lihat dia mengagumi alam segitunya.


Selesai dari Green Canyon kita menuju Pantai Pangandaran dan kita makan seafood di Pasar Ikan, dengan orderan menu yang lumayan barbar, per orang hanya Rp.70.000,- rasannya pun sungguh enak. Lanjut kita menginap di hotel yang saya sangat rekomendasikan untuk kalian, yaitu Nyiur Indah Resort. Harga yang sangat setimpal dengan apa yang kita dapat, bersih, nyaman, dan si Bapak pemilik yang sungguh keterlaluan baiknya, bahkan besoknya pas kami pamitan beliau membawakan sekantong keripik pisang.

































Tips ke Green Canyon:

  • Dari Tasik lewatilah jalur yang umum/ sisi luar Tasik, jangan melalui dalam kota nya, lebih cepat dan jalanan lebih bagus
  • Bawalah kamera tahan air, karena di titik pemandangan paling bagus itu tidak mungkin foto dengan kamera biasa (dijamin hasil foto better dari foto artikel ini)
  • Percaya lah, perlengkapan pengaman tubuh biarpun tidak nyaman tapi sangat berguna
  • Sangat berhati-hati saat berenang dalam arus, karena banyak batu yang mungkin tidak terlihat
  • Bagi yang takut kodok seperti saya, pastikan bawa senapan AK47 dengan peluru full dan silakan umbar peluru saat melihat kodok sebesar anak kucing.
  • Biarpun jauh lebih berat cobalah Paket NDE, dijamin setimpal.
  • Kalau suka kuliner, makanlah seafood di Pasar Ikan nya, rasa enak, harga pas dan bisa ditawar.


Untuk Jawa Barat, Pantai Pangandaran menurut saya pantai yang lumayan bagus, kontur nya pas, pedagang kaki limanya pun diatur rapi. Nilainya diatas Pelabuhan Ratu, Anyer dan Carita. Wisata kesana patut dicoba. Pesan saya bagi kalian yang akan ke Pangandaran, pertama dan yang terpenting itu adalah...........



.................
Selesai


*fade in Ebiet G.Ade : "houuhoo...o ohouuho oo....."
































Wednesday 16 July 2014

Masih merasa hidupnya paling susah?

Halo manusia bumi yang monoton, yang seleranya sama dengan mayoritas, yang berasa aman kalau sama dengan orang kebanyakan, yang bangga dengan rutinitas membosankan!

* baru mulai sudah ngajak gelut (WEK!)

Beberapa minggu sebelum perjalanan ke Sulawesi (artikel #3 Tour de Celebes), saya dan teman-teman sepermainan saya berkunjung ke Panti Rawinala yang beralamat di Jl. Inerbang no 38, Kramat Jati - Jakarta TimurIde ini tercetus karena kegiatan duniawi kita saat makan enak. Saya punya teman sepermainan dari SMA yang sampai sekarang masih sering kumpul bareng, kegiatannya ya sangat duniawi, makan-makan. Saat usus dan lambung kita dipenuhi makanan, otak mengirim signal ke mulut untuk menyuarakan hal selain duniawi dan mengingat saudara-saudara kita yang tak seberuntung ini. Putuslah bahwa kita akan mengunjungi Panti Rawinala ini, dan berniat untuk makan siang bersama mereka.

Jadi, Panti Rawinala ini merupakan Yayasan Pendidikan bagi Dwituna (cacat ganda).  Panti Rawinala ini merupakan salah satu dari 5 Yayasan serupa di Indonesia. Banyak diantara mereka yang hasil dari pembuangan orang tua  nya semasa mereka bayi. Ada yang Ayahnya belum bisa menerima keadaan anaknya sampai si anak berusia remaja, dan sang Ibu tiap hari mengantar dan menemani si anak dengan kasih sayang seluas semesta sedalam samudra saya rasa.

Cukup lah menulis, selanjutnya biar foto yang berbicara.


Lucky dan Sang Ibu yang luar biasa.



































Masih ada diantara kalian yang merasa hidupnya adalah yang paling susah, paling "miskin", paling menderita?

Sebarkanlah virus memberi ke sekeliling kita, tanam cinta ke sesama kita, sebab sesungguhnya yang memberilah yang menerima.


Jadi teman-teman pembaca...

Selesai.